Nuffnang Ads

Jumaat, 29 Ogos 2014

Gemuk Berlebih Sebabkan Perlemakan Hati

Kanker hati merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh dua faktor utama, kanker dari penyakit lain dan sirosis atau pengerasan hati. Khusus pada kondisi sirosis, salah satu faktor pemicunya adalah perlemakan hati.

Dokter spesialis penyakit dalam gastroenterologi hepatologi dari FKUI/RSCM, L A Lesmana mengatakan, perlemakan hati mungkin menjadi faktor yang paling banyak menyebabkan kanker hati. Pasalnya perlemakan hati erat kaitannya dengan gaya hidup.

"Gaya hidup yang banyak terjadi sekarang adalah pola makan tinggi lemak dan kurang bergerak, menyebabkan obesitas dan memicu perlemakan hati," tuturnya dalam diskusi media bertajuk "Penanganan Kanker Hati Stadium Lanjut" di Jakarta.

Semakin lama, jumlah orang obesitas, baik dewasa maupun anak-anak terus bertambah. Kendati demikian, perlemakan hati tidak harus selalu berujung pada kanker hati. Ini karena kondisi tersebut bersifat reversibel atau dapat diperbaiki. Dengan mengubah gaya hidup dan mengurangi berat badan, perlemakan hati dapat disembuhkan sehingga tidak sampai mengakibatkan kanker hati.

Rino A Gani, dokter spesialis penyakit dalam penyakit dalam gastroenterologi hepatologi FKUI/RSCM mengatakan, untuk menjadi kanker hati perlemakan hati biasanya sudah terjadi sekitar 20 tahun. Sebelum itu terjadi, maka perlemakan hati perlu segera diatasi.

Selain perlemakan hati, sirosis hati yang menjadi "pintu gerbang" dari kanker hati disebabkan oleh virus hepatitis. Namun saat ini pengobatan untuk virus hepatitis sudah semakin baik sehingga kemungkinan untuk sembuh cukup tinggi.

Selain itu, kini juga tersedia vaksinasi sebagai upaya pencegahan dari terkena infeksi virus hepatitis yang menyebabkan sirosis.

Ahad, 3 Ogos 2014

Resiko mengkonsumsi antibiotik sembarangan

Pasien seharusnya membaca atau mengerti soal kandungan dan efek samping obat yang diminum. Saat mengonsumsi obat antibiotik, misalnya, ketahui apa kegunaan dan kapan harus mengonsumsinya. Karena, penggunaan antibiotik bisa malah menjadi senjata makan tuan.

“Pemakaian antibiotik saat ini demikian gencar dan sering irasional, sering disalahfungsikan untuk menyelesaikan semua keluhan. Padahal, antbiotik juga memiliki risiko jika digunakan sembarangan , antara lain yang paling ditakutkan adalah resistensi kuman,” papar Dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, dokter  spesialis anak dari BJ Medical Center,

Ia menambahkan, dulu sulit ditemukan obat yang bisa mengendalikan infeksi. Begitu ada antibiotik, setiap kali infeksi malah dikasih antibiotik.

“Faktanya, antibiotik tidak semulia itu tugasnya. Kalau tidak diperlukan tapi tetap diberikan, badan bisa mengalami resistensi,” ujarnya.

Antibiotik spektrum sempit dianggap paling ideal karena sudah jelas menyerang tubuh bagian mana.

“Namun, ada juga spektrum luas. Begitu masuk ke tubuh, semua barang asing atau bakteri akan dibunuh. Termasuk bakteri baik ikut hancur,” tambah Wiyarni.

Tak jarang terjadi, setelah minum antibiotik pasien malah mengalami diare karena kuman baik di ususnya ikut mati. “Karena bakteri yang membantu pencernaan tidak ada, akhirnya mengalami diare. Mau tak mau, penggunaan antibiotik harus dihentikan.”

Ia menegaskan, antibiotik hanya diperlukan jika ada infeksi bakteri yang sulit diatasi oleh daya tahan tubuh. Istilah bahwa antibiotik harus dihabiskan, sebenarnya istilah yang lebih tepat "antibiotik harus dikonsumsi sesuai aturan pakai, dalam kurun waktu tertentu".

“Intinya, bukan sekadar dihabiskan. Penentuan jumlah dan durasi antibiotik tergantung kebutuhan individual, mengikuti rekomendasi berbasis riset untuk jenis penyakit tertentu.”

Jika Anda memahami hal-hal ini, resiko akibat mengonsumsi antibiotik tak sesuai aturan tentu bisa dihindari.

Tajaan

Related Posts with Thumbnails

RADIOKITA STESEN 1